Foto Lebih Dinamis dengan Beragam Adegan di Satu Frame
12 Oktober 2015Foto Lebih Dinamis dengan Beragam Adegan di Satu Frame
Jumat, 09/10/2015 11:04 WIB
Foto Lebih Dinamis dengan Beragam Adegan di Satu Frame
Jumat, 09/10/2015 11:04 WIB

Jakarta - Untuk membuat foto terlihat dinamis, banyak trik dilakukan. Biasanya dengan permainan foreground-background atau mengeksplorasi cahaya/bayangan. Tetapi jika sudah mentok, maka ada trik lain yang bisa digali: menjepret 2, 3, atau 4 adegan sekaligus dalam satu frame.
Foto dengan berbagai adegan dalam satu frame dapat diperoleh karena kebetulan atau memang sengaja mencari momen yang tepat. Tujuannya untuk membuat ruang cerita lebih mendalam. Apalagi kalau antar adegan itu saling mendukung point of interest (PoI), maka foto yang dihasilkan dapat saling bersahut-sahutan dan penuh irama yang enak untuk dinikmati.
Terdengar rumit? Pada awalnya mungkin iya. Namun bila sudah terbiasa, membuat foto dengan berbagai adegan dalam satu frame bisa dihasilkan dengan mudah. Berikut tips dan trik yang bisa dilakukan untuk membuat foto-foto dinamis seperti itu.
Pertama, mulai dengan yang sederhana. Yakni membuat 'adegan' pertama yang statis/tidak bergerak sebagai patokan. Kemudian tunggu adegan kedua dengan jeli dan sabar. Pada momen yang tepat, pencet shutter dengan cerdik sehingga menghasilkan adegan yang saling membangun cerita.
Misalkan 'adegan pertama' itu berupa papan iklan atau manekin toko. Kemudian tunggulah momen 'adegan kedua' seperti pejalan kaki melintas atau pekerja membersihkan papan iklan tersebut. Anda bisa menambahkan sendiri contoh seperti ini dengan bebas dan imajinatif.
Kedua, temukan spot dengan aktivitas beragam namun relatif homogen seperti di halte bus atau subway. Di tempat tersebut sering dijumpai berbagai macam cara membunuh waktu saat menunggu tranposrtasi publik. Ada yang mendengar musik lewat earphone, bermain game/gadget, menelpon atau saling berbicara antar teman.
Berbagai adegan itu bisa dibingkai dalam satu frame yang saling membangun cerita soal 'menunggu'. Bisa fokus kepada ekpresi (medium close up) ataukah bermain gesture/bahasa tubuh soal penantian bus atau kereta bawah tanah.
Ketiga, cobalah memahami kebiasaan kerumunan yang menawarkan adegan beragam dalam satu momen bersamaan. Kemudian buat pola interaksi dalam kerumunan tersebut sebagai patokan untuk mendapatkan timing yang tepat memencet shutter.
Contohnya bisa ditemukan di resepsi perkawinan (wedding photography), di jalanan (streetphotography) atau saat karnaval dan keramaian di pasar (people/culture photography). Meskipun terlihat sangat berantakan, sejatinya keramaian tersebut bisa disederhanakan dalam pola dan adegan tertentu.
Seperti di Pasar Ubud dalam artikel ini, adegan transaksi, negosiasi dan mengemas barang merupakan pola berulang. Dari membuka lapak sampai tutup pasar, adegan melayani pembeli atau menata barang jualan selalu berulang dalam ritme yang hampir mirip. Tinggal mencari komposisi yang tepat maka siapa saja mampu merekam adegan pasar dengan dinamis dan enerjik. Bisa bergaya candid, portrait atau reportase.
Kalau masih kurang puas, tambahkan sedikit unsur artistik, permainan warna, bereksperimen dengan grafis atau apapun yang membuat foto lebih hidup. Selebihnya, biarkan naluri fotografi menuntun telunjuk Anda memencet shutter dengan caranya sendiri -- baik spontan atau terstruktur.

Antri kereta bawah tanah di Osaka, Jepang. (Foto: Ari Saputra/detikcom)

Pengunjung Museum of Modern Art (MoMA) New York. (Foto: Ari Saputra/detikcom)

Pasar Ubud dengan kesibukannya. (Foto: Ari Saputra/detikcom)

Papan iklan yang atraktif terlihat kontras dengan pejalan kaki yang melintas tidak peduli di jalanan San Francisco. (Foto: Ari Saputra/detikcom)

Apapun dilakukan penumpang untuk membuang kejenuhan di bus kota di San Francisco. (Foto: Ari Saputra/detikcom)
(Ari/fyk)
Foto dengan berbagai adegan dalam satu frame dapat diperoleh karena kebetulan atau memang sengaja mencari momen yang tepat. Tujuannya untuk membuat ruang cerita lebih mendalam. Apalagi kalau antar adegan itu saling mendukung point of interest (PoI), maka foto yang dihasilkan dapat saling bersahut-sahutan dan penuh irama yang enak untuk dinikmati.
Terdengar rumit? Pada awalnya mungkin iya. Namun bila sudah terbiasa, membuat foto dengan berbagai adegan dalam satu frame bisa dihasilkan dengan mudah. Berikut tips dan trik yang bisa dilakukan untuk membuat foto-foto dinamis seperti itu.
Pertama, mulai dengan yang sederhana. Yakni membuat 'adegan' pertama yang statis/tidak bergerak sebagai patokan. Kemudian tunggu adegan kedua dengan jeli dan sabar. Pada momen yang tepat, pencet shutter dengan cerdik sehingga menghasilkan adegan yang saling membangun cerita.
Misalkan 'adegan pertama' itu berupa papan iklan atau manekin toko. Kemudian tunggulah momen 'adegan kedua' seperti pejalan kaki melintas atau pekerja membersihkan papan iklan tersebut. Anda bisa menambahkan sendiri contoh seperti ini dengan bebas dan imajinatif.
Kedua, temukan spot dengan aktivitas beragam namun relatif homogen seperti di halte bus atau subway. Di tempat tersebut sering dijumpai berbagai macam cara membunuh waktu saat menunggu tranposrtasi publik. Ada yang mendengar musik lewat earphone, bermain game/gadget, menelpon atau saling berbicara antar teman.
Berbagai adegan itu bisa dibingkai dalam satu frame yang saling membangun cerita soal 'menunggu'. Bisa fokus kepada ekpresi (medium close up) ataukah bermain gesture/bahasa tubuh soal penantian bus atau kereta bawah tanah.
Ketiga, cobalah memahami kebiasaan kerumunan yang menawarkan adegan beragam dalam satu momen bersamaan. Kemudian buat pola interaksi dalam kerumunan tersebut sebagai patokan untuk mendapatkan timing yang tepat memencet shutter.
Contohnya bisa ditemukan di resepsi perkawinan (wedding photography), di jalanan (streetphotography) atau saat karnaval dan keramaian di pasar (people/culture photography). Meskipun terlihat sangat berantakan, sejatinya keramaian tersebut bisa disederhanakan dalam pola dan adegan tertentu.
Seperti di Pasar Ubud dalam artikel ini, adegan transaksi, negosiasi dan mengemas barang merupakan pola berulang. Dari membuka lapak sampai tutup pasar, adegan melayani pembeli atau menata barang jualan selalu berulang dalam ritme yang hampir mirip. Tinggal mencari komposisi yang tepat maka siapa saja mampu merekam adegan pasar dengan dinamis dan enerjik. Bisa bergaya candid, portrait atau reportase.
Kalau masih kurang puas, tambahkan sedikit unsur artistik, permainan warna, bereksperimen dengan grafis atau apapun yang membuat foto lebih hidup. Selebihnya, biarkan naluri fotografi menuntun telunjuk Anda memencet shutter dengan caranya sendiri -- baik spontan atau terstruktur.

Antri kereta bawah tanah di Osaka, Jepang. (Foto: Ari Saputra/detikcom)

Pengunjung Museum of Modern Art (MoMA) New York. (Foto: Ari Saputra/detikcom)

Pasar Ubud dengan kesibukannya. (Foto: Ari Saputra/detikcom)

Papan iklan yang atraktif terlihat kontras dengan pejalan kaki yang melintas tidak peduli di jalanan San Francisco. (Foto: Ari Saputra/detikcom)

Apapun dilakukan penumpang untuk membuang kejenuhan di bus kota di San Francisco. (Foto: Ari Saputra/detikcom)
(Ari/fyk)
Baca juga
17 Maret 2014
6 Tips Jitu Hunting Foto Kampanye Parpol
Jakarta - Musim kampanye partai politik telah digelar hingga beberapa pekan ke depan. Momen tersebut tidak hanya menarik secara politik melainkan sangat atraktif secara visual. Dari ekpresi simpatisan, warna-warni atribut kampanye, properti yang unik hingga jumlah massa kolosal membuat semuanya sudah terlihat menarik secara alamiah. Namun bukan berarti tinggal mengarahkan lensa dan memencet shutter, kemudian dihasilkan foto yang memuaskan. Tetap saja ada kaidah-kaidah umum fotografi maupun kemampuan teknis yang menjadi pegangan. Sehingga hasil foto tidak hanya merekam kenyataan, melainkan mampu menciptakan kenyataan baru di selembar foto.
6 Tips Jitu Hunting Foto Kampanye Parpol
Jakarta - Musim kampanye partai politik telah digelar hingga beberapa pekan ke depan. Momen tersebut tidak hanya menarik secara politik melainkan sangat atraktif secara visual. Dari ekpresi simpatisan, warna-warni atribut kampanye, properti yang unik hingga jumlah massa kolosal membuat semuanya sudah terlihat menarik secara alamiah. Namun bukan berarti tinggal mengarahkan lensa dan memencet shutter, kemudian dihasilkan foto yang memuaskan. Tetap saja ada kaidah-kaidah umum fotografi maupun kemampuan teknis yang menjadi pegangan. Sehingga hasil foto tidak hanya merekam kenyataan, melainkan mampu menciptakan kenyataan baru di selembar foto.
28 Februari 2014
Cara Darwis Triadi Memandang Obyek
Saya rada kecewa ketika panitia mengabarkan bahwa akhirnya yang menjadi nara sumber Workshop Fotografi Jurnalistik Lanjutan om Darwis Triadi. Bagi saya, nama besarnya tidak berada pada bidang fotografi jurnalistik. Bagi saya, seorang Darwis Triadi hanyalah seorang fotografer model wanita-wanita cantik. Bagi saya, seorang Darwis Triadi tak layak menggantikan Arbain Rambey dan Oscar Motuloh, dua nama yang sempat saya hubungi tapi tak bisa karena alasan waktu.
Cara Darwis Triadi Memandang Obyek
Saya rada kecewa ketika panitia mengabarkan bahwa akhirnya yang menjadi nara sumber Workshop Fotografi Jurnalistik Lanjutan om Darwis Triadi. Bagi saya, nama besarnya tidak berada pada bidang fotografi jurnalistik. Bagi saya, seorang Darwis Triadi hanyalah seorang fotografer model wanita-wanita cantik. Bagi saya, seorang Darwis Triadi tak layak menggantikan Arbain Rambey dan Oscar Motuloh, dua nama yang sempat saya hubungi tapi tak bisa karena alasan waktu.
13 Agustus 2013
Mengenal Lebih Dekat Teknik Foto HDR
Aslinya foto High Dynamic Range atau yang biasa disebut HDR adalah tehnik menggabungkan beberapa buah foto yang memiliki eksposure berbeda sehingga menghasilkan gambar yang memiliki jangkauan dynamic range lebih luas mulai dari area tergelap hingga area paling terang dalam sebuh foto. Ciri khas yang melekat pada foto yang diolah dengan tehnik ini adalah efek dramatis yang dihasilkan serta detail foto akan meningkat.
Mengenal Lebih Dekat Teknik Foto HDR
Aslinya foto High Dynamic Range atau yang biasa disebut HDR adalah tehnik menggabungkan beberapa buah foto yang memiliki eksposure berbeda sehingga menghasilkan gambar yang memiliki jangkauan dynamic range lebih luas mulai dari area tergelap hingga area paling terang dalam sebuh foto. Ciri khas yang melekat pada foto yang diolah dengan tehnik ini adalah efek dramatis yang dihasilkan serta detail foto akan meningkat.
25 Juni 2013
Memotret Saat Berkabut
Jakarta - Kabut itu sering dibenci, tapi juga sering diharapkan. Memotret pemandangan kabut itu dibenci karena membuat pemandangan tidak jelas, saturasi warna rendah, dan datar. Di lain pihak, kabut juga diharapkan saat memotret pemandangan di pagi hari, karena memberikan kesan misterius.
Memotret Saat Berkabut
Jakarta - Kabut itu sering dibenci, tapi juga sering diharapkan. Memotret pemandangan kabut itu dibenci karena membuat pemandangan tidak jelas, saturasi warna rendah, dan datar. Di lain pihak, kabut juga diharapkan saat memotret pemandangan di pagi hari, karena memberikan kesan misterius.
24 April 2013
Mengenal Teknik Lighting Low-key & High Key
Jakarta - Dalam fotografi terkenal ada istilah high key and low key. Secara sederhana maksud high key adalah fotografi yang nuansa cahayanya terang, sedangkan low key adalah fotografi yang nuansa cahayanya gelap.
Mengenal Teknik Lighting Low-key & High Key
Jakarta - Dalam fotografi terkenal ada istilah high key and low key. Secara sederhana maksud high key adalah fotografi yang nuansa cahayanya terang, sedangkan low key adalah fotografi yang nuansa cahayanya gelap.